Bangkitkan Semangat Menulis Lewat Surat Cinta
Sabtu, 01 Juni 2019
Oleh: Suparto
Teman saya, salah seorang pejabat pemerintah, pernah mengeluh, “Pak, saya ini kan dikenal sebagai pejabat yang jago berpidato, pemberi sambutan yang oke dan kalau ngasih nasihat nggak ada habis-habisnya. Tapi jika disuruh nulis, mengungkapkan gagasan dalam tulisan walaupun hanya satu halaman, terus terang saya bingung dan menyerah karena saya merasa menjadi orang yang paling bodoh.”
Keluhan teman saya itu sebenarnya juga dialami oleh banyak orang. Mereka yang punya keinginan untuk sekedar bisa menulis secara sederhana, atau tengah berjuang menjadi penulis merasa bingung, tidak tahu harus berbuat apa, kemudian patah semangat dan akhirnya menyerah.
Kalau Anda mengalami kondisi seperti yang saya sebutkan di atas, tidak usah khawatir. Kini ada buku berjudul Surat Cinta Untuk Penulis Pemula. Buku ini akan menyentuh hati dan membuka pikiran Anda, menepis rasa takut serta menjadi jalan terang bagi hidup Anda untuk mewujudkan mimpi menjadi penulis.
Buku ini mengungkap proses kreatif orang-orang yang awalnya biasa saja, kini mampu menginspirasi dunia melalui tulisan. Pengalaman mereka yang terangkai dalam surat cinta ini, akan menuntun dan mengantarkan Anda untuk punya keberanian, semangat dan terus berjuang menjadi seorang penulis. Ya, penulis, orang yang menjadikan aktivitas menulis sebagai sarana menuangkan gagasan, mengekspresikan jiwa, mendokumentasikan peradaban dan menebarkan kebaikan bagi orang lain melalui tulisan.
Buku bersampul ilustrasi amplop surat pos ini berisi kumpulan tulisan dari 19 orang penulis yang tergabung di Komunitas One Day One Post (ODOP) Batch 1. Komunitas ODOP digagas Syaiful Hadi (Bang Syaiha) tahun 2016 merupakan media pembelajaran yang unik tentang dunia kepenulisan, anggotanya tersebar di seluruh Indonesia bahkan beberapa di manca negara. Aktivitas ODOP kini sudah memasuki Batch 6 dan telah melahirkan puluhan karya buku.
Seperti judulnya, Surat Cinta Untuk Penulis Pemula, para penulis bukan memberikan petunjuk praktis atau menggurui, tetapi ingin menyapa dan berbagi kepada Anda, para pembaca, dengan bahasa yang menyentuh rasa. Mereka bercerita tentang pengalaman, liku-liku perjuangan dan berbagai cara mengatasi kesulitan yang akhirnya menemukan rahasia untuk membuka jalan. Membaca tulisan di dalam buku ini serasa mendengarkan penuturan dari sang kekasih atau sahabat yang disampaikan melalui surat.
Coba simak tulisan Sabrina Lasama berikut ini :
“Saat kau membaca surat ini, aku percaya di hatimu sedang dipenuhi segala jenis kegalauan tentang segala hal yang berbau kepenulisan. Mungkin sesederhana mau dimulai dari mana proses tulis menulis ini hingga ke permasalahan yang lebih kompleks seperti bagaimana menemukan jati diri untuk tulisan-tulisanmu.
Namun, demi tidak mengecewakanmu karena telah menyempatkan waktu membaca suratku, aku ingin menyampaikan bahwa setelah ini kau akan menemukan bahwa aku sedang sangat bersemangat mempelajari dunia kepenulisan ini lebih jauh dan aku harap kau pun juga bersemangat melanjutkan apa yang telah kau mulai saat ini. Sekarang.” (hal. 34)
Atau ungkapan seorang Muhammad Septian Wijaya:
“Terima kasih sudah mau membaca suratku ini, karena aku yakin surat ini bisa sampai ke tanganmu bukan karena tanpa sebuah alasan. Ia ada di tanganmu kini, untuk mengingatkan pada dirimu bahwa kau tak sendiri. Ada bermilyar-milyaran orang sepertimu di luar sana sedang merangkak untuk menggapai semua impiannya.” (hal. 69)
Layaknya sebuah surat, gaya bahasa mereka selalu akrab dan enak. Seperti ditulis Hiday Nur:
“… baiklah, tanpa berniat menggurui, … ini surat cinta untukmu, yang sedang menapak tangga untuk menjadi penulis, dari seorang yang sedang berusaha agar pantas untuk dianggap penulis. Ceilah…” (hal.62)
Hiday melanjutkan:
“Saya beri tahu satu rahasia (tolong, jangan bilang siapa-siapa!), banyak orang tergiur menjadi penulis tapi tak melakukan syarat wajib untuk menjadi penulis. Ohoho, pernah dengar syarat wajib menjadi penulis?Apakah itu baligh, berakal, sehat, mampu jasmani rohani? Tidak-tidak! Tak perlu membuka buku Fikih atau menginterogasi mbah Google, karena ini hanya akal-akalan saya. Tapi percayalah, bahwa syarat wajib untuk menjadi penulis itu hanya satu. Yup, apa itu? MENULIS. That’s it.
Jadi kalau kamu (iyya kamu!) ingin jadi penulis, menulislah! Karena hanya orang yang menjahitlah yang disebut penjahit, dan hanya yang berceramah yang disebut penceramah, maka hanya yang menulislah yang disebut penulis. Paham?”
Satu lagi isi surat berikut ini mengingatkan tentang bagaimana kita mesti memahami arti penting sebuah proses:
“Tiada yang instan dalam memperoleh keahlian. Tiada yang mudah dalam mendapatkan kesuksesan. Dan, tiada jalan yang mulus untuk menggapai sebuah impian. Banyak orang di dunia tempat berkaca. Mereka mendapatkannya melalui proses. Tidak hanya turun dari langit seperti air hujan. Takkan didapatkan dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Karena pasti rintangan dan cobaan akan datang menghalang.” (hal.11)
Ada beberapa catatan perlu kita sampaikan untuk buku ini. Pertama, masih kita temukan beberapa typo sehingga agak menganggu. Kedua, tidak ada penjelasan detail tentang apa itu komunitas ODOP sebagai kontributor tulisan. Ketiga, di biodata penulis, tidak ditemukan nama Bang Syaiha. Padahal beliau selain menjadi penulis utama di buku ini juga tokoh penting dalam sejarah terbentuknya komunitas ODOP.
Namun beberapa catatan ini tidak mengurangi kelebihan dari keseluruhan isi buku ini. Karena itu, buku ini bukan hanya layak dibaca oleh penulis pemula, tapi juga siapa pun yang punya minat di dunia literasi. Selain enak dibaca, isi buku ini sarat dengan pesan penting untuk memperkaya khazanah keilmuan.
Pada akhirnya, kita perlu menyimak pesan Achmad Ikhtiar (penulis buku Mengenang yang Patah) pada pengantar buku Surat Cinta Untuk Penulis Pemula ini, “Teman baik seorang penulis adalah penulis lainnya yang mau berbagi, mengapresiasi dan menyemangati agar lahir budaya literasi yang terus berkembang dan berkesinambungan.”
Selamat membaca!
Judul Buku: Surat Cinta Untuk Penulis Pemula
Penulis: Komunitas One Day One Post
Penerbit: Niramedia
Tahun Terbit: Maret 2019
Tebal: 146 halaman
Suparto anggota ODOP dan penulis buku “Negeri Yang Membingungkan”(2019)
0 apresiasi